Rabu, 12 Oktober 2016

Sepuluh Ciri Khas Pemimpin-Pelayan (Servant Leadership)

fpchackensack.org
Setelah beberapa tahun dengan cermat memikirkan tulisan asli Greenleaf, telah diidentifikasi 10 ciri khas penting tentang pemimpin-pelayan (servant leadersip), sebagaimana berikut:

Pertama, mendengarkan. Secara tradisional, pemimpin dihargai karena keahlian komunikasi dan pembuatan keputusan mereka. Pemimpin-pelayan harus memperkuat keahlian yang penting ini dengan memberikan komitmen yang dalam untuk mendengarkan secara intensif kata-kata orang lain. Pemimpin-pelayan berusaha mengenali dan memahami dengan jelas kehendak kelompok. Mereka berusaha mendengarkan secara tanggap apa yang dikatakan. Mendengarkan juga melampaui upaya memahami suara batinnya sendiri, serta berusaha memahami apa yang dikomunikasikan oleh tubuh, jiwa, dan pikiran. Mendengarkan, diperpadukan dengan masa renungan yang teratur, mutlak penting bagi pertumbuhan pemimpin-pelayan.

Kedua, empati. Pemimpin-pelayan berusaha keras memahami dan memberikan empati kepada orang lain. Orang perlu diterima dan diakui untuk jiwa mereka yang istimewa dan unik. Orang harus mendapatkan itikad baik rekan kerja dan tidak menolak mereka sebagai manusia, bahkan seandainya terpaksa harus menolak perilaku dan unjuk kerja mereka. Pemimpin-pelayan yang paling sukses adalah yang menjadi pendengar ahli yang penuh empati. 

Ketiga, menyembuhkan. belajar menyembuhkan merupakan daya yang kuat untuk perubahan dan integrasi. Salah satu kekuatan besar kepemimpinan-pelayan adalah kemungkinan untuk menyembuhkan diri sendiri dan orang lain. banyak orang yang patah semangat dan menderita karena berbagai rasa sakit emosional. Walaupun ini merupakan bagian dari menjadi manusia, pemimpin-pelayan mengakui bahwa mereka mempunyai kesempatan untuk membantu pemberian kesehatan kepada orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Dalam buku The Servant as Leader Greenleaf menulis: "Ada sesuatu yang secara halus dikomunikasikan kepada orang yang dilayani dan dipimpin, kalau secara implisit dan kekompakan antara pemimpin-pelayan dan tindakan memimpin terdapat pengertian bahwa pencarian kesehatan abadi adalah sesuatu yang mereka bagi.

Keempat, kesadaran. Kesadaran umum, dan terutama kesadaran diri, memperkuat pemimpin-pelayan. Membuat komitmen untuk meningkatkan kesadaran bisa menakutkan---orang tidak pernah tahu apa yang mungkin akan ditemukannya. Kesadaran juga membantu dalam memahami persoalan yang melibatkan etika dan nilai-nilai. Ini memungkinkan orang bisa memandang sebagian besar situasi dari posisi yang lebih terintegrasi. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Greenleaf: "Kesadaran bukan pemberi penghiburan---ini tepat kebalikannya.

Kelima, bujukan atau persuasif. Ciri khas pemimpin-pelayan lainnya adalah mengandalkan kemampuan membujuk, bukannya wewenang karena kedudukan, dalam membuat keputusan di dalam organisasi. Pemimpin-pelayan berusaha meyakinkan orang lain, bukannya memaksakan kepatuhan. Unsur ini memberikan perbedaan yang paling jelas antara model wewenang tradisional dan model kepemimpinan-pelayan. Pemimpin-pelayan efektif dalam membangun konsensus dalam kelompok. 

Keenam, konseptualisasi. Pemimpin-pelayan berusaha memelihara kemampuan mereka untuk "memiliki impian besar". Kemampuan untuk melihat kepada satu masalah (atau sebuah organisasi) dari perspektif konseptualisasi berarti bahwa orang harus berfikir melampaui realita dari hari ke hari. Bagi banyak manajer, hal ini adalah satu ciri khas yang memerlukan disiplin dan praktek. Manajer tradisional disibukkan oleh kebutuhan untuk mencapai tujuan operasional jangka pendek. seorang manajer yang ingin menjadi pemimpin-pelayan harus meregang pikirannya sampai mencakup pemikiran konseptual yang mempunyai landasan lebih luas. Di dalam organisasi, menurut sifatnya konseptualisasi adalah peranan dewan perwakilan atau dewan direksi yang semestinya. CEO dan manajer yang paling efektif mungkin perlu mengembangkan perspektif konseptual maupun operasional, dan staf terutama harus operasional. Pemimpin-pelayan harus mengusahakan keseimbangan yang rumit antara konseptualisasi dan fokus sehari-hari.

Ketujuh, kemampuan meramalkan. Kemampuan untuk memperhitungkan sebelumnya atau meramalkan kemungkinan hasil satu situasi sulit didefinisikan, tetapi mudah dikenali. Orang mengetahuinya kalau melihatnya. Kemampuan meramalkan adalah ciri khas yang memungkinkan pemimpin-pelayan bisa memahami pelajaran dari masa lalu, realita masa sekarang, dan kemungkinan konsekuensi sebuah keputusan untuk masa depan. Kemampuan meramalkan adalah salah satu ciri khas pemimpin-pelayan yang dibawa sejak lahir. Semua ciri khas lainnya bisa dikembangkan secara sadar. Tidak banyak yang telah ditulis tentang kemampuan meramalkan, dan sebagian besar masih tetap merupakan bidang yang belum dijelajahi dalam studi kepemimpinan.

Kedelapan, kemampuan melayani. Peter Block mendefinisikan kemampuan melayani dengan pengertian "memegang sesuatu dengan kepercayaan dengan orang lain". Pandangan Robert Greenleaf tentang semua lembaga adalah apa yang di dalamnya CEO, staf, direktur, dan perwalian semuanya memainkan peranan penting dalam memegang lembaga mereka dengan kepercayaan kepada kebaikan masyarakat yang lebih besar.

Kesembilan, komitmen kepada pertumbuhan manusia. Pemimpin-pelayan berkeyakinan bahwa manusia mempunyai nilai intrinsik melampaui sumbangan nyata mereka sebagai pekerja. Dalam sifatnya yang seperti ini, pemimpin-pelayan sangat berkomitmen terhadap pertumbuhan pribadi, profesional, dan spiritual setiap individu di dalam lembaga. Dalam praktek, ini bisa berarti memungkinkan dana bisa diperoleh bagi pengembangan pribadi dan profesional, menaruh perhatian pribadi pada gagasan dan saran karyawan, memberikan dorongan kepada keterlibatan pekerja dalam pembuatan keputusan, giat membantu pekerja yang dipecat untuk menemukan pekerjaan di tempat lain, dan sebagainya.

Kesepuluh, membangun masyarakat. Pemimpin-pelayan menyadari bahwa pergeseran dari komitmen lokal ke lembaga yang lebih besar sebagai pembentuk utama kehidupan manusia telah mengubah persepsi kita dan menyebabkan adanya rasa kehilangan tertentu. Jadi, pemimpina-pelayan berusaha mengenali satu sarana untuk membangun masyarakat di kalangan mereka yang bekerja di dalam lembaga tertentu. Kepemimpinan-pelayan menyatakan bahwa masyarakat yang sesungguhnya dapat diciptakan di kalangan mereka yang bekerja dalam bisnis dan lembaga lainnya.

Kamis, 06 Oktober 2016

Fungsi-fungsi Manajemen

daftarpustaka.web.id

Banyak ahli manajemen mengutarakan fungsi-fungsi manajemen sehingga seolah-olah tidak ada pembatasan yang jelas tentang fungsi manajemen itu sendiri. Akan tetapi, apabila diperhatikan semua penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli mengenai fungsi-fungsi manajemen mempunyai substansi yang sama, terutama dilihat dari tujuan manajemen sebagai ilmu dan sebagai seni. Dengan demikian, tidak perlu mencari kesepakatan di antara para ahli mengenai hal itu, karena secara keseluruhan mereka saling mengisi kekurangannya masing-masing.

Beberapa ahli manajemen menyebutkan berbagai macam fungsi manajemen, yakni forecasting, planning, organizing, staffing, actuating, leading, commanding, directing, coordinating, dan controlling. Fungsi manajemen yang terkenal dan sering dipakai adalah fungsi menurut George R. Terry, yakni planning, organizing, actuating, dan controlling (disingkat POAC). Ke empat fungsi tersebut dirasa cukup mewakili fungsi-fungsi manajemen yang disebutkan oleh para ahli manajemen.

Pertama, planning (perencanaan). Planning berasal dari kata plan, artinya rencana atau perencanaan.Perencanaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha merumuskan program yang di dalamnya memuat segala sesuatu yang akan dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijaksanaan, arah yang akan ditempuh, prosedur dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan. Perencanaan adalah fungsi manajemen yang menentukan kemana arah dan tujuan sebuah organisasi. Perencanaan menentukan bentuk atau jenis kegiatan yang akan dilaksanakan, prosedur pelaksanaan kegiatan, kebijakan yang dijadikan landasan kegiatan, arah dan tujuan yang hendak dicapai, personal yang melaksanakan rencana, waktu pelaksanaan rencana, dan anggaran yang dibutuhkan.

Peramalan (forecasting) adalah upaya memprediksi kejadian-kejadian yang mungkin terjadi. Peramalan disini termasuk bagian dari perencanaan. Peramalan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan informasi bagi organisasi. Informasi tersebut menjadi pertimbangan dalam membuat keputusan sebuah organisasi. Peramalan akan memprediksi; apakah kegiatan, waktu, dan anggaran dapat terealisasikan sesuai dengan tujuan yang ditentutan. Dengan begitu, program yang ditentukan diasumsikan dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan.

Kedua, organizing (pengorganisasian). Pengorganisasian berarti pengelompokkan aktivitas dalam suatu organisasi. Mengorganisasikan adalah suatu proses yang menghubungkan orang-orang yang terlibat dalam organisasi tertentu dan menyatupadukan tugas serta fungsinya dalam organisasi. Ada beberapa langkah yang diambil dalam pengorganisasian, di antaranya adalah pembagian kerja, departementalisasi (staffing), dan koordinasi (coordinating).

Pembagian kerja berarti membagi tugas membagi tugas menjadi lebih kecil, sehingga setiap individu dapat memahami lebih jelas tentang pekerjaannya. Selanjutnya departementalisasi, yakni pengelompokkan aktivitas-aktivitas anggota organisasi ke dalam kelompok-kelompok kegiatan dan kemudian akan ditempatkan anggota organisasi ke dalamnya sesuai dengan keahliannya. Setelah pembagian tugas dan departementalisasi, selanjutnya adalah koordinasi. Koordinasi adalah suatu proses untuk menyatukan aktivitas antar satu departemen tertentu dengan departemen lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang efektif.

Ketiga, actuating (penggerakkan). Actuating adalah kegiatan yang menggerakkan dan mengusahakan agar para pekerja melakukan tugas dan kewajibannya. Di dalam actuacting terdapat directing dan commanding, yakni kegiatan organisasi yang berhubungan dengan pembinaan dan pelaksanaan intruksional para pemegang jabatan dalam organisasi. Dengan adanya directing dan commanding, para pekerja sesuai dengan keahlian dan proporsinya akan segera melaksanakan rencana dalam aktivitas yang konkret yang diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan.

Keempat, controlling (Pengendalian). Pengendalian, yakni meneliti dan mengawasi agar semua tugas dilakukan dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang ada atau sesuai dengan deskripsi kerja masing-masing personal. Pengendalian dapat dilakukan secara vertical maupun horizontal, yaitu atasan dapat melakukan pengontrolan kepada bawahannya, demikian pula bawahannya dapat melakukan upaya kritik kepada atasannya. Pengendalian juga dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan ataupun aktivitas yang dilakukan tidak melenceng dari perencanaan yang sudah ditentukan.

Pengendalian ini akan menjadi bahan evaluasi. Evaluasi yaitu menilai semua kegiatan untuk menemukan indicator yang menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan, sehingga dapat dijadikan bahan kajian berikutnya. Sukses tidaknya program yang disusun dalam sebuah perencanaan di ukur dalam tahap ini. Setiap kekurangan dan keunggulan akan menjadi pertimbangan dalam perencanaan organisasi selanjutnya.